khutbah idul adha 1435/2014
Khutbah Idul Adha 1434
H: "Meluruskan motivasi qurban dan haji"
PADA hari yang barakah ini,
patutlah kita bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat-Nya kepada
kita lahir dan batin, yang menerangi hati dari kege-lapan, menuntun jiwa dari kebingungan,
dan menunjuki akal dari kesesatan, sehingga kita tetap terpilih sebagai pemeluk
Islam.
Shalawat dan salam kepada
junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang
telah diutus Allah bagi seluruh alam, sebagai uswah hasanah (tauladan
terbaik) bagi manusia. Nabi Muhammad adalah manusia idola sepanjang masa.
Sekalipun berulangkali orang-orang kafir, termasuk pengikut aliran sesat,
berusaha melecehkan beliau, tapi dengan menampilkan riwayat hidupnya saja,
Islam mampu membendung segala macam penistaan dari lawannya, kapan dan di mana
pun juga. Tidak ada riwayat hidup manusia, tokoh apa pun di dunia ini yang
ditulis sedetail dan sejelas riwayat hidup Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam; bahkan suasana tempat tidur dengan isterinya pun terekam dalam
catatan sejarah. Tidak ada aib, dan tidak ada hal yang jahat yang membuat kita
malu maupun takut untuk menampilkannya. Karena itu mengikuti ucapan dan menaati
perbuatan beliau merupakan amal shalih.
Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala semoga dilimpahkan
kepada para kader Islam dan anak didik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dari kalangan shahabat beliau, yang sukses gemilang menciptakan sumber
peradaban dunia yang tidak pernah kering dari mata air kebenaran, keadilan,
kejujuran, keterus terangan dan tanggung jawab. Setiap kali mereka datang ke
suatu negeri, baik sebagai da’i, pedagang, diplomat, ataupun panglima perang,
adalah membawa misi untuk mentauhidkan Allah, membebaskan masyarakatnya dari
kesesatan, membela mereka dari penindasan, dan melepaskan mereka dari
kezaliman.
Oleh karena itu, kita ridha Islam sebagai agama dan
Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya. Marilah kita bertaqwa kepada Allah dengan
taqwa yang sebenar-benarnya. Sesungguhnya tujuan segala ibadah di dalam Islam
adalah taqwallah, yang dilakukan dengan cara membersihkan jiwa dari segala
bentuk kesyirikan dan meneranginya dengan dzikrullah. Firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (70)
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ
وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)
“Wahai orang-orang beriman,
taatlah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar. Dengan begitu,
niscaya semua yang kalian lakukan hasilnya akan menjadi baik dan dosa-dosa
kalian akan diampuni Allah. Siapa saja yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
sungguh dia memperoleh kemenangan yang sangat besar.” [Al-Ahzab,
33: 70-71]
Ibadah
Qurban
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
الله
أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Di hari ‘Idul Adha ini, tanggal 10 Dzulhijjah 1434 H
ini, berjuta-juta kaum Muslimin dari segala penjuru dunia terhampar di padang
‘Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Inilah hari besar
kemanusiaan dan keimanan, yang ditandai dengan syi’ar penyembelihan hewan
kurban, untuk mengenang peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
setelah beliau menerima wahyu llahy melalui mimpi, yang memerintahkan beliau
menyembelih puteranya, Ismail.
Seorang ayah yang sudah berusia lanjut, dan sedang
mencurahkan kerinduan hatinya, harapan pun tertumpah pada kader muda penerus
risalahnya, sekaligus putera beliau yang sedang menanjak dewasa. Dalam keadaan
demikian, datanglah perintah Allah untuk menyembelih putera kesayangan dan satu-satunya
itu. Sungguh ujian keimanan yang amat sukar dan berat dilaksanakan, bahkan
tidak terbayangkan dari segi kemanusiaan.
Ketika Nabi Ibrahim bersiap-siap hendak menyembelih
putera kesayangannya, dengan pisau tergenggam di tangan, dan Ismail pun siap menyerahkan
lehernya, tiba-tiba terdengar panggilan Allah:
وَنَادَيْنَاهُ
أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ (104) قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ (105) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ (106)
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ (107)
“Maka Kami berseru kepadanya:
“Wahai Ibrahim, kamu telah membenarkan mimpimu. Sungguh Kami akan memberi
pahala kepada orang-orang yang beramal shalih.” Sungguh perintah Allah kepada
Ibrahim itu merupakan satu ujian keimanan yang sangat jelas. Kami ganti Ismail
dengan seekor domba yang sangat besar.” [Ash-Shaffat,
37: 104-107]
Ibrahim ‘alaihissalam, bapak para Nabi itu sadar,
ternyata Allah Yang Maha Rahman sedang menguji keimanannya. Apakah rasa sayang
dan kecintaan kepada putera lelakinya, menghalanginya untuk menaati perintah
Allah? Tekadnya bulat, tidak ada kebimbangan maupun keraguan, perintah Allah
wajib dijalankan apapun resiko serta pengorbanan yang mesti diberikan. Nabi
Ibrahim, akhirnya lulus menghadapi ujian Ilahy.
Keikhlasan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dalam
melaksanakan syari’at Allah sekalipun dengan mengorbankan harta, jiwa,
bahkan putera kesayangannya. Dan kesetiaan Ismail untuk menaati ayahandanya
dalam rangka melaksanakan Syari’at Allah, walau harus menyerahkan nyawanya
sendiri, terpancar melalui pernyataan spektakuler dan inspiratif berbasis
tauhid.
قَالَ
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
(102)
“Ismail berkata: “Wahai ayahku
tersayang, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan
mendapati aku termasuk orang yang sabar.” [Ash-Shaffat,
37: 102]
Kronologi sejarah ‘Idul Qurban ini merupakan
peristiwa agung yang memantul dari keteguhan iman, kerendahan hati, dan tawakal
sepenuhnya kepada Allah Rabbul Alamin. Dan balasan Allah subhanahu wa ta’ala
atas ketaatan mereka berdua sungguh menjadi dambaan setiap orang beriman.
Mereka dianugerahi kemampuan mengalahkan hawa nafsunya demi mematuhi perintah
Allah. Selain itu, mereka berdua mendapatkan pujian dan keridhaan Allah,
mengangkat derajatnya serta memberikan syafaat bagi keturunan yang mewarisi
pola hidup tauhid yang beliau dakwahkan.
Peristiwa bersejarah ini mengandung pelajaran, bahwa
anak yang shalih dan shalihah hanya dapat lahir dari keturunan dan lingkungan keluarga
yang shalih juga, sekalipun selalu ada pengecualian. Laksana pepatah, “daun
jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.”
Lebih dari itu, peristiwa ini mengajarkan kita
bagaimana menjadi hamba Allah yang taat dan patuh melalui pengamalan
Syari’at-Nya. Menjalankan perintah Allah dengan ikhlas, dan rela berkorban
harta bahkan nyawa, itulah totalitas kepasrahan Nabi Ibrahim dan puteranya
Ismail ‘alaihimassalam.
Sekiranya umat Islam dewasa ini, mengamalkan Syari’at
Allah menauladani kepatuhan dan kepasrahan Nabi Ibrahim dan Ismail
‘alaihimassalam, niscaya umat Islam akan dianugerahi kemenangan menghadapi
musuh-musuhnya, ditinggikan derajatnya serta dinampakkan kemuliaan di hadapan
lawan-lawannya.
Namun apa yang terjadi di kalangan umat Islam
sekarang? Munculnya tokoh-tokoh agama Islam yang menggunakan lisannya, bukan
saja untuk merusak citra Islam di mata orang kafir, tapi juga menjadi
kontributor orang kafir untuk merusak citra Islam di mata orang Islam sendiri.
Mereka mencerca ajaran jihad sebagai terorisme, menganggap busana jilbab bagi
Muslimah sebagai Arabisme, bahkan menolak formalisasi Syari’at Islam di lembaga
Negara dan menganggapnya sebagai sektarianisme. Dengan pemahaman seperti itu,
mereka mengadili ajaran Islam menggunakan parameter demokrasi dan memvonis
perbuatan umat Islam berdasarkan UU HAM.
Segala kebaikan ajaran Islam, seakan hanya absah,
bisa diterima bila mendapat rekomendasi demokrasi dan lolos sensor dari kontrol
hak asasi manusia (HAM). Tidak sedikit dari kalangan umat Islam yang percaya, bila
menginginkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia tercapai, kita harus
menjalankan demokrasi secara sempurna. Masih ada yang percaya, perekonomian
Indonesia akan maju bila kapitalisme global yang menghalalkan riba dan menjual
barang haram menjadi sistem perekonomian Negara. Kata mereka, kemajuan
teknologi dan kesejahteraan Negara hanya bisa diraih bila menggunakan sistem
hidup yang tanpa embel-embel agama, seperti di Amerika dan Eropa.
Mengapa mereka selalu berfikir negatif terhadap
agamanya sendiri? Mengapa umat Islam bersikap apriori terhadap Islam, lalu
memilih dan memilah manakah dari ajaran Islam yang bisa dilaksnakan tanpa
menyinggung rasa kemanusiaan masyarakat, dan tidak dianggap radikal oleh orang
kafir. Mereka mencoba merevisi ajaran Islam agar sesuai dengan semangat
toleransi ala barat dan tidak bertentangan dengan HAM versi imprialis.
Pada gilirannya, ajaran Islam yang paripurna dan
mulia itu malah dibonsai oleh umatnya sendiri. Lihatlah akibatnya, di hadapan
orang-orang kafir, bobot umat Islam semakin ringan. Ibarat buih yang mengapung
di atas permukaan gelombang, mudah dipermainkan dan diadu domba orang kafir.
Tidak percaya diri dengan Islam menyebabkan kaum Muslimin mudah ditaklukkan di
banyak sektor kehidupan: politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan.
Padahal orang-orang kafir di
barat maupun timur, Amerika maupun Eropa, yang mempropagandakan paham
demokrasi, selalu mengancam eksistensi umat Islam. Jika mereka memasuki negeri
kaum Muslimin, baik sebagai diplomat, tentara maupun pengusaha, adalah untuk
menjajah rakyatnya, mengeksploitasi kekayaan alam, menghancurkan moral, dan
menghinakan masyarakat yang mulia di negeri itu. Persis intimidasi AS dengan
pendekatan stick and carrot: “Jika kalian mengikuti cara hidup
kami, akan kami beri dolar, tapi bila kalian melawan dan menolak misi kami akan
kami kirimkan rudal.”
الله
أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Inilah potret dan realita sejarah
tatkala kaum kafir dan musyrik menghadapi umat Islam:
لَا
يَرْقُبُونَ فِي مُؤْمِنٍ إِلًّا وَلَا ذِمَّةً وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُعْتَدُونَ
(10)
“Kaum musyrik tidak mau
memperhatikan hak ikatan kekerabatan dengan seorang mukmin sedikit pun,
walaupun telah diadakan perjanjian. Mereka itu adalah orang-orang yang suka
melanggar perjanjian.” [At-Taubah, 9: 10]
Pada masa awal Islam, orang-orang yang memeluk Islam
amat dibenci oleh masyarakat Arab Jahiliyah, bahkan diperangi dan diputus
hubungan kekeluargaan. Apabila dalam posisi kuat dan menang, orang-orang kafir
dan musyrik selalu menindas orang Islam, memperlakukannya secara biadab dan
tidak manusiawi. Dan setiap kali mengadakan perjanjian dengan orang Islam,
pasti orang-orang kafir berkhianat dan melanggar perjanjian tersebut.
Apakah potret sejarah masa lalu yang telah lama
tenggelam dalam kegelapan, sebagaimana diinformasikan Al-Qur’an, hanya
dilakukan oleh orang-orang Arab Jahiliyah, Romawi maupun Persia? Ternyata
tidak. Realita sejarah kegelapan itu menginspirasi penguasa sekuler di zaman
modern ini.
Pemusnahan biadab dan terkutuk yang dilakukan para
penganut paganisme Budha di Rohingya, Burma, terhadap penduduk minoritas Muslim
merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Mereka tidak peduli dengan hubungan
kemanusiaan sesama masyarakat Burma. Begitu pula, perlakuan kaum Syi’ah yang
bersekongkol dengan komunis di Suriah. Sedemikian biadabnya bahkan setanpun
tidak akan bertindak sekejam itu.
Tragedi kemanusiaan yang menimpa Mesir, penangkapan
besar-besaran terhadap anggota Ikhwanul Muslimin pasca penggulingan kekuasaan
Presiden Muhammad Mursi di Mesir, 3 Juli 2013, adalah contoh warisan sejarah
masa Fir’aun. Kekuasaan Mursi hanya bertahan kurang dari setahun, karena
rongrongan dari pihak Kristen Koptik bersekongkol dengan militer yang di dukung
Amerika dan zionis. Padahal Muhammad Mursi menjadi Presiden Mesir hasil pemilu
demokratis.
Terdapat kerjasama antara komunisme, salibisme,
liberalisme, paganisme dengan penguasa-penguasa sekuler yang sedang melakukan
pemusnahan terhadap gerakan Islam. Mereka saling membantu berupa uluran tangan
persahabatan dan dana untuk mengkhianatai perjanjian yang disepakati.
Korelasi
Haji dan Kehidupan Sosial
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
الله
أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Menyaksikan segala fenomena ini, banyak orang
bertanya-tanya. Di negeri yang subur makmur, terdiri dari puluhan ribu pulau,
dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah bertebaran
di seluruh pelosok negeri, pesantren dan perguruan tinggi Islam ribuan
jumlahnya. Ulama, kyai, muballigh bergelar profesor, doktor, bahkan santri
penghafal Qur’an begitu banyak, jauh lebih banyak dari artis sinetron atau
penyanyi dangdut. Mereka berdakwah melalui TV, media massa. Para kyai dan ulama
yang tadinya hanya mengelola pesantren, kini banyak yang menjadi anggota
legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
Mengapa segala fasilitas kebaikan
ini tidak memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia? Laju kemungkaran,
narkoba, pornoaksi di satu sisi; kemiskinan, bencana alam, penyakit epidemi,
seakan telah menjadi kekayaan bangsa ini. Kriminalitas dan dekadensi moral
terus saja menghantui kehidupan generasi muda. Tindak pidana korupsi, sekalipun
ada UU anti korupsi dan ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), tapi koruptor
seakan tak habis-habisnya diberantas. Subhanallah!
Apa sesungguhnya yang terjadi pada masyarakat kita?
Setiap tahun tidak kurang dari 200 ribu orang berangkat naik haji ke Baitullah,
Makkah al-Mukarramah. Mereka yang masih memiliki akal sehat tentu
bertanya-tanya, mengapa semakin banyak manusia Indonesia pergi menunaikan
ibadah Haji, baik rakyat maupun kalangan pejabat, ternyata belum berpengaruh
positif bagi perbaikan dan peningkatan kehidupan sosial rakyat negeri ini?
Al-Qur’anul Karim memberikan jawaban yang
mencengangkan atas pertanyaan di atas, dengan mengungkapkan karakter
masing-masing jamaah haji. Terdapat dua golongan manusia yang menunaikan ibadah
haji. Satu golongan yang hanya mementingkan kehidupan dunia. Ibadah Haji
dimaksudkan hanya sebagai kebanggaan, ajang mencari popularitas dan kemegahan
dunia. Mereka sibuk hanya dengan urusan dunia, hingga terpancar dalam do’anya
kepada Allah.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200)
“Ada orang-orang yang ketika
wukuf di Arafah berdo’a: “Wahai Tuhan kami, berilah kami kesenangan di dunia.”
Orang semacam ini kelak di akhirat tidak akan mendapatkan pahala
sedikitpun.” [Al-Baqarah, 2: 200]
Inilah contoh manusia yang selalu ada pada semua
generasi dan semua tempat. Persepsi sebagian besar umat Islam tentang haji,
hingga sekarang masih seperti orang-orang jahiliyah dahulu. Banyak para
pejabat, tokoh politik, anggota DPR, MPR berulangkali pergi haji atau umrah
dengan maksud sekadar wisata rohani. Ada juga artis, penyanyi atau hartawan
muda pergi haji guna memohon kesuksesan usaha, naik pangkat, mencari jodoh,
dll. Karena tujuannya hanya duniawi, maka seringkali mereka tidak peduli
darimana mereka mendapatkan harta untuk pergi haji. Apakah dari harta yang
halal atau haram, apakah dari usaha maksiat ataukah usaha yang benar, apakah
hasil korupsi dan dari jual beli barang haram, tidak dipedulikan lagi.
Golongan kedua, adalah orang yang beribadah haji
untuk mencari keridhaan Allah, sehingga lebih luas cakrawala pandangannya dan
lebih besar jiwanya. Mereka berdo’a kepada Allah untuk kebaikan nasibnya di dua
negeri (dunia dan akhirat):
وَمِنْهُمْ
مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)
“Ada juga orang yang ketika wukuf
di Arafah berdo’a: ‘Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, serta selamatkanlah kami dari siksa neraka.” [Al-Baqarah,
2: 201]
Orientasi ibadah golongan kedua ini lebih jauh
jangkauannya. Ia menginginkan kebaikan di dunia tanpa melupakan nasibnya di
akhirat. Apabila seseorang melakukan ibadah haji hanya untuk tujuan yang
bersifat duniawiyah belaka, dan melupakan nasib akhiratnya, maka tidak ada
bedanya dengan hajinya kaum jahiliah.
Ibadah haji yang tidak mendorong
seseorang untuk berubah supaya lebih ta’at kepada Allah, tidak meningkat amal
kebajikannya berarti belum memenuhi fungsi ibadah untuk taqarrub
ilallah. Ibarat pepatah: “Ontanya Nabi Musa naik Haji, pulangnya tetap saja
seekor onta”. Tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik.
Maka, penting bagi kita untuk mengingatkan kaum
Muslimin yang memiliki kelebihan harta dan berkesempatan untuk haji agar
meluruskan niat, akan menjadi golongan yang mana diantara dua golongan jamaah
haji itu? Dan terutama mereka yang sudah bergelar Haji dan Hajjah, agar mereka
menjadi pelopor kebajikan di wilayah tempat tinggal mereka masing-masing, untuk
membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Introspeksi
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
الله أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Kini, saat kita bersimpuh di haribaan Ilahy, dan
beberapa bulan lagi kita akan memasuki tahun baru dan bersiap-siap menghadapi
Pilpres 2014. Negara kita menghadapi begitu banyak persoalan hidup, dengan
berbagai kejadian serta pengalaman yang memedihkan, seakan kita sedang berdiri
di tepian jurang, pada malam gelap gulita. Bangsa Indonesia, tengah menuai
akibat dari kelakuan manusia-manusia tidak bermoral, ingkar dan tidak tunduk
pada aturan Allah dalam menyuburkan bumi dan mengelola pemerintahan negara.
Kualitas sebuah negeri ditentukan
oleh kualitas mayoritas penduduknya, bukan oleh kondisi golongan minoritasnya. Nagara-negara
asing masih menilai Indonesia sebagai negeri ‘terbelakang’ karena mayoritas
penduduknya umumnya masih miskin, menjadi TKI dan TKW, sedang
pendidikan rata-rata setingkat SD, dan kesehatan masyarakatnya rendah.
Sungguh memperihatinkan. Dalam pengelolaan bangsa dan
negara, posisi umat Islam kian lemah, terpinggirkan, dan panggung kekuasaan
berpindah-pindah dari tangan penguasa yang satu kepada penguasa lainnya,
semuanya menolak Syari’at Islam. Memang benar, pejabat negara, menteri,
termasuk anggota partai berbasis agama, nasionalis maupun sekuler, mayoritas
beragama Islam. Akan tetapi keadaan mereka seperti firman Allah:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ
عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (204) وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى
فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللهُ لَا
يُحِبُّ الْفَسَادَ (205)
“Wahai Muhammad, ada orang-orang
yang jika berbicara tentang kehidupan dunia ini mempesona kamu. Orang itu
bersumpah dengan nama Allah bahwa dia mencintai Islam, padahal sebenarnya dia
sangat keras mengingkari kebenaran Islam. Wahai Muhammad, apabila orang itu
berpisah dari kamu, dia melakukan perbuatan-perbuatan dosa, merusak pertanian
dan peternakan. Allah tidak menyukai perbuatan-perbuatan dosa semacam itu.” [Al-Baqarah,
2: 204-205]
Ayat ini membongkar identitas dan jiwa aportunis
manusia. Banyak di antara tokoh Islam yang lihai berbicara tentang ajaran Islam
dan mempesona pendengarnya, seolah-olah dia pembela Islam. Mereka meyakinkan
masyarakat tentang ketulusan dan kebaikannya, padahal hatinya penuh dengan
kedengkian, culas dan menentang Islam. Mereka merajut dusta, sehingga berbeda
omongan dan fakta. Padahal mereka punya kesempatan dan otoritas di pemerintahan
untuk meninggikan Islam, tapi tidak dilakukan. Bahkan mereka menjadi penentang
berlakunya syari’ah Islam di lembaga negara.
Kaum munafik pandai memoles diri dengan kata-kata. Di
depan orang Islam nampak lebih Islami dari orang Islam lainnya. Sebaliknya di
depan orang kafir, dia lebih berani memusuhi Islam daripada orang kafir. Mereka
memuji kebaikan Islam, tapi diajak memperjuangkan Islam tidak mau. Mereka
mengkritik kebobrokan sistem komunis dan kapitalis, tapi diajak melaksanakan
sistem Islam mereka menolak. Inilah hasil bimbingan setan, mereka kehilangan
akal sehat dan terjauh dari rahmat Ilahi.
Sejak awal kemerdekaan para ulama dan politisi muslim
menawarkan jalan selamat dengan menerapkan Syari’at Islam, tapi selalu
diabaikan. Kaum nasionalis sekuler malah menerima ‘petunjuk’ orang kafir dalam
segala urusan. Akibatnya, negeri ini terjerumus pada kesesatan, syirik dan
berbagai kejahatan yang hanya merisaukan kehidupan dan merusak pergaulan.
Keadaan mereka seperti firman Allah:
وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ
بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ (206)
“Jika ada orang yang
mengingatkannya: “Takutlah kamu kepada Allah” maka orang itu dengan congkak
meneruskan perbuatan dosanya. Cukuplah baginya neraka Jahanam. Adapun neraka
Jahanam adalah tempat tinggal yang sangat buruk.” [Al-Baqarah,
2: 206]
Bila mereka diminta untuk beragama Islam secara
kaffah, mereka berdalih negeri kita adalah negeri pluralis, menghormati semua
keyakinan agama. Tapi giliran diminta supaya hukum di Indonesia juga
diberlakukan prinsip pluralis, mereka menentang dengan keras. Jika konsekuen
dengan paham pluralisme, maka di Indonesia seharusnya tidak hanya berlaku satu
macam hukum, tapi semua macam hukum berhak untuk dijalankan sesuai aspirasi
kelompok masyarakat yang menuntutnya. Tapi, bila kita menuntut hal semacam ini,
kelompok nasionalis yang bangga dengan bhinneka tunggal ika menuduh lawannya
sebagai anti NKRI, memaksakan kehendak, politisasi SARA dan sebagainya.
Namun demikian, menghadapi penolakan pengamalan
syari’at Islam, harus dilakukan secara cerdas. Jangan bereaksi menggunakan
filsafat korek api. Punya kepala tetapi tidak punya otak. Setiap kali terjadi
gesekan kecil, korek api itu langsung terbakar dan membakar. Kita memiliki
kepala dan otak, karena itu jangan bereaksi seperti korek api, mudah dibakar
dan diadu domba oleh orang kafir. Umat Islam jangan disibukkan dengan fanatisme
sektarian, lebih senang berkelahi dengan sesama Muslim dan membiarkan musuhnya
menghancurkan rumah Islam.
Marilah kita muhasabah, meluruskan aqidah dan
memperbaiki akhlak, sekaligus koreksi total atas dosa serta kesalahan yang
selama ini kita lakukan. Momentum Idul Adha kita jadikan kesempatan untuk
instrospeksi. Jadikan segala tantangan sebagai saksi atas segala ikhtiar
perjuangan yang kita lakukan.
Kita memang tidak dapat mengubah
arah angin, tetapi bukankah kita dapat mengatur layar perahu ke arah tujuan
kita berlayar? Mari kita ber-Islam tidak dengan retorika, tetapi dengan mengamalkan
tuntunan Islam secara kaffah, baik dimensi pribadi, keluarga, bangsa
dan negara, demi terwujudnya Indonesia yang sejahtera dalam bingkai kemanusiaan
yang adil dan beradab. Untuk itu renungkan, perhatikan, dan laksanakan firman
Allah ini:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (208)
“Wahai kaum mukmin, ikutilah
syari’at Islam itu seluruhnya. Janganlah kalian mengikuti bujukan-bujukan
setan. Sungguh setan itu adalah musuh kalian yang nyata-nyata merugikan
kalian.” [Al-Baqarah, 2: 208]
Munajat
الله
أكبر ، الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Mengakhiri khutbah ini marilah kita berdo’a dengan
meluruskan niat, membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah
memperkenankan do’a hamba-Nya yang ikhlas:
اَللَّهُمَّ
اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بِهِ بَيْنَتَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ
، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَاتُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ ، وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَا
تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَآئِبَ الدُّنْياَ . اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا
بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَاأَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ
الْوَارِثَ مِنَّا ، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا ، وَانْصُرْنَا
عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلاَتَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا ،
وَلاَتَجْعَلِ الدُّنْياَ أَكْبَرَ هَمِّنَا ، وَمَبْلَغَ عِلْمِنَا ،
وَلاَتُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا . اَللَّهُمَّ الْعَنِ الْكَفَرَةَ
مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِيْنَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ
، وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ ، وَيُقَاتِلُوْنَ اَوْلِيَآءَكَ . اَللَّهُمَّ
اَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا ، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا ، وَاهْدِنَا سُبُلَ
السَّلاَمِ ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ ، وَبَارِكْ لَنَا فِى
أَسْمَاعِنَا وَاَبْصَارِنَا وَقُلُوْبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا ،
وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّبُ الرَّحِيْمِ . وَصَلَّى اللهُ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ . وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
العَالَمِيْنَ .
Ya Allah, ya Tuhan kami,
bagi-bagikanlah kepada kami demi takut kepada-Mu apa
yangdapat kiranya menghalangi antara kami dan ma’siat kepada-Mu; dan
(bagi-bagikan juga kepada kami) demi taat kepada-Mu apa yang sekiranya dapat
menyampaikan kami ke surga-Mu; dan (bagi-bagikan juga kepada kami) demi taat
kepada-Mu dan demi suatu keyakinan yang kiranya meringankan beban musibah dunia
kami.
Ya Allah, ya Tuhan kami
senangkanlah pendengaran-pendengaran kami, penglihatan-penglihatan kami dan
kekuatan kami pada apa yang Engkau telah menghidupkan kami, dan jadikanlah ia
sebagai warisan dari kami, dan jadikanlah pembela kami terhadap orang-orang
yang menzhalimi kami serta bantulah kami dari menghadapi orang-orang yang
memusuhi kami; dan jangan kiranya Engkau jadikan musibah kami mengenai agama
kami, jangan pula Engkau jadikan dunia ini sebagai cita-cita kami yang paling
besar, juga sebagai tujuan akhir dari ilmu pengetahuan kami; dan janganlah
Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menaruh sayang kepada kami.
Ya Allah, laknatilah orang-orang
kafir ahli kitab dan orang-orang musyrik yang menghalang-halangi jalan-Mu,
mendustakan Rasul-rasulMu, dan membunuh kekasih-kekasih-Mu
Ya Allah, persatukanlah hati-hati
kami dan perbaikilah keadaan kami dan tunjukilah kami jalan-jalan keselamatan dan
entaskanlah kami dari kegelapan menuju cahaya yang terang. Jauhkanlah kami dari
kejahatan yang tampak maupun tersembunyi dan berkatilah pendengaran-pendengaran
kami, penglihatan-penglihatan kami, hati-hati kami dan isteri-isteri serta anak
keturunan kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha pengampun
lagi Maha Penyayang. Shalawat atas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan ahli keluarga serta sahabat-sahabat beliau semuanya. Segala puji bagi Allah
Rabb semesta alam.
الخطبة الثانية
(Khutbah
Kedua)
7x.....اَللَّهُ اَكْبَر
الحمد
لله الذي جعل الاعياد بالفرح والسرور. وضاعف للمتقين جزيل الاجور. فسبحان من حرم
صومه واوجب فطره وحذر فيه من الغرور . احمده سبحانه وتعالى فهو احق محمود واجل
مشكور واشهد ان لااله الا الله وحده لاشريك له شهادة يشرح الله لنا بها
الصدور. واشهد ان سيدنا ونبينا محمدا عبده ورسوله الذي اقام منار الاسلام
بعد الدثور . اللهم صل وسلم على سيدنا محمد صلاة وسلاما دائمين متلازمين الى يوم
البعث والنشور . اما بعد : فيا ايهاالناس اتقواالله واعلموا ان يومكم هذا يوم عظيم
فاكثروا فيه من الصلاة على النبي الكريم . اللهم صل و سلم على سيدنا محمد وعلى اله
وصحبه اجمعين والتابعين لهم باحسان الى يوم الدين وارحمنا معهم برحمتك ياارحم
الراحمين
ولله
الحمد ...
x...3x...اَللَّهُ اَكْبَر
فياايهاالناس
انتهزوا فرصتكم فى هذااليوم السعيد باكثارالدعاء الى الله سبحانه وتعالى فان
الدعاء فى هذااليوم مستجاب . باكثارالتوبة والاستغفار اليه من جميع الذنوب
والاخطاء فان الله يحب التوابين و يحب المتطهرين . واكثروا من الاعمال الصالحة من
الصدقة للفقراء والمساكين وللايتام و الارامل وساعدوا كل من يحتاج الى مساعدتكم
فان جميع اعمالكم فى هذا اليوم مقبولة . والله يحب المحسنين ثم اكثروا من الذكر
وقراءة القران والصلاة على النبي وذلك كله مكتوب فى مصاحف اعمالكم
جعلنا
الله واياكم من عباده الصالحين المتقين امين يارب العالمين . اللهم اغفر للمسلمين
والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات انك سميع قريب مجيب الدعوات
. اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين زدمر اعداء الدين واهلك الكفرة
المشركين واعل كلمتك الى يوم الدين . اللهم اكفنا شرالظالمين و شرالحاسدين و شرمن
يؤذينا ياارحم الراحمين . ربنااغفرلنا ولاخواننا الذين سبقونا بالايمان ولاتجعل فى
قلوبنا غلا للذين امنوا ربنا انك رؤوف رحيم
ولله
الحمد ...
x...3x...اَللَّهُ اَكْبَر
عباد
الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذي القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر
والبغي يعظكم لعلكم تذكرون . فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروا على نعمه يزدكم
واسألوه من فضله يعطكم ولذكرالله اكبر . والحمد لله رب العالمين
Komentar
Posting Komentar
Mohon saran,,,,,,,
semoga apa yang kita baca memberikan manfaat