PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH _ PAI KELAS VII
PENGERTIAN IMAN KEPADA ALLAH
Iman kepada kitab Allah berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya. Ajaran
yang terdapat di dalam kitab tersebut disampaikan kepada umat manusia
sebagai pedoman hidup agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Diturunkannya kitab-kitab Allah ini merupakan anugerah bagi manusia.
Mengapa demikian? Manusia dikaruniai akal dan pikiran sehingga dapat
mengkaji ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Kitab-kitab Allah tersebut
juga dapat memberi jalan keluar terhadap setiap masalah dan kesulitan yang
dihadapi oleh manusia. Dengan adanya kitab-kitab Allah ini, manusia dapat
membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang salah (batil), mana yang
bermanfaat dan mana yang mengandung mudarat.
Seandainya kita tidak mempunyai pedoman yang datangnya dari
Allah tentu kita tidak akan pernah mengetahui keberadaan, keesaan, dan
keagungan Allah. Demikian juga dengan orang-orang terdahulu. Mereka
mendapatkan informasi mengenai keesaan Allah melalui Kitab Allah tersebut.
Tanpa dibimbing oleh Kitab Allah, kita juga akan melakukan penyembahan
yang sesat dan tindakan-tindakan sesuka hati. Tanpa Kitab Allah sudah pasti
akan membuat kita berada dalam kegelapan. Ibarat orang yang berjalan kita
berjalan tanpa mengetahui arah dan tidak mempunyai tujuan. Jika demikian,
apa yang akan terjadi? Tentu kita akan tersesat, bukan?
Untuk lebih memahami hal tersebut, perhatikanlah firman Allah dalam
Q.S. al-Māidah /5 : 16 berikut :
Artinya : “Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-
Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Māidah /5 : 16)
8. Larangan mencuri.
9. Larangan menjadi saksi palsu.
10. Larangan mengambil hak orang lain.
b. Kitab Zabur (diturunkan pada abad ke-10 SM)
Kitab Zabur diturunkan Allah kepada Nabi Daud untuk bangsa Bani
Israil atau umat Yahudi. Kitab ini diturunkan pada abad 10 SM di daerah
Yerusalem. Adapun kitab ini ditulis dengan bahasa Qibti.
Firman Allah Swt. :
Artinya : “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di
bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian
Nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada
Dawud. “ (QS. Al-Isrā/17 :55).
Kisah Nabi Daud dan kaumnya
Dikisahkan bahwa rakyat di wilayah kerajaan Nabi Daud hidup dalam keadaan
damai dan sejahtera. Atas perintah Allah mereka malaksanakan ibadah pada hari
Jum’at dan bekerja pada hari-hari yang lain. Di sebuah wilayah yang bernama Kota
Aylah, masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Mereka ingin
mengganti hari ibadah ini menjadi hari Sabtu.
“Apa yang terjadi pada kalian…?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian bingung dan ragu.
Bukankah ini adalah wilayah kita? Bukankah kita yang paling tahu mengenai profesi
kita sebagai nelayan? Mari satukan langkah dan kita tentang peraturan pemerintah
mengenai hari beribadah ini, pokoknya ini demi kepentingan kita.”
“Benar Yahuda.” sambung yang lain. “Kita harus bersatu untuk menyampaikan
aspirasi ini kepada Nabi Daud, dia pasti setuju.”
Yahuda berkata, “Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan
kita. Kita bekerja mulai hari Ahad sampai Jum’at, setelah mendapat ikan yang banyak,
maka di hari Sabtu kita beribadah. Dengan demikian pikiran kita saat beribadah
menjadi tenang. Begitu teman-teman, setuju….?” kata Yahuda meyakinkan. Mereka
menjawab dengan serempak, “Setuju…”
Ketika sedang asyik membicarakan hal ini tiba-tiba Nabi Daud datang. Mereka
segera keluar menemui Nabi Daud a.s. Kata Nabi Daud, “Apakah kalian hendak
berpaling dari perintah Allah, dan menetapkan hukum sendiri yang bertentangan
dengan perintah-Nya”
“Nabiyullah, untuk wilayah ini hari Jum’at tidak cocok untuk digunakan beribadah.
Kami bekerja keras selama seminggu hingga badan kami terlalu lelah untuk beribadah
pada hari Jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari Jum’at dan beribadah pada hari
Sabtu,” bantah salah seorang kaumnya.
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari Sabtu, mengapa kalian ngotot
untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud. “Pokoknya kami hanya mau beribadah
pada hari Sabtu,” tegas Yahuda melawan.
“Saudara-saudara sekalian, aku ingin mengingatkan kalian akan murka dan azab Allah
yang sangat pedih. Kalian sudah sering mengkhianati nabi-nabi kalian sendiri. Kalian
gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah
Allah anugerahkan?” Daud mengingatkan mereka.
Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok
orang-orang yang sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir
Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya mengfokuskan hidup
pada ibadah semata. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka
memperhatikan kelompok pertama, tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya
mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka.
Tindakan Bani Israil ini membuat Allah murka. Allah kemudian memerintahkan Nabi
Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari Sabtu.
Hari-hari berlalu, dikisahkan Amdan merupakan pemuda yang malas beribadah.
Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan malah bergerombol di tepi pantai pada hari sabtu,
hari di mana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan. Amdan kemudian berpikir
keras hingga terbesit ide licik di kepalanya.
Ia membuat jaring yang amat besar yang dapat menutupi hampir seluruh bibir pantai.
Karena ia dilarang melaut pada hari Sabtu, ia memasang jaring itu pada malam Sabtu lalu
mengambil jaring pada hari Ahad pagi.
Pada pagi ahad yang telah ia nanti, Amdan memanggil semua nelayan agar ikut
bersamanya ke laut. Luar biasa! Mereka mendapatkan hasil yang amat melimpah. Nelayan
yang lain sampai terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Nelayan lain
akhirnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, wilayah pemasangan jaring
di tepi pantai sebagian besar sudah dikuasai oleh Amdan. Mereka sadar bahwa Amdan
telah berlaku curang dengan memonopoli wilayah penangkapan ikan. Nelayan-nelayan
itu marah dan emosional. Kekacauan dan pertengkaran terjadi di mana-mana. Mereka
mengikuti hawa nafsunya untuk berebut harta benda.
Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit nampak begitu menakutkan
dan laut seakan mengamuk. Tidak ada seorang pun yang berani keluar rumah. Setelah
pagi menjelang angin bertiup lembut dan laut tampak tenang. Orang-orang keluar untuk
mencari nafkah, tetapi ada yang aneh di perkampungan orang-orang yang ingkar itu jalanjalan
tampak sepi dan semua rumah tertutup rapat. Mereka yang ingkar itu berubah
wujud menjadi kera dan babi. Penderitaan ini mereka alami selama tiga hari, tanpa makan
dan tanpa minum. Inilah balasan bagi mereka yang durhaka dan sombong.
c. Kitab Injil (diturunkan pada abad ke-1 M)
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa pada permulaan abad 1 M. Kitab
Injil diwahyukan di daerah Yerusalem. Kitab ini ditulis pada awalnya dengan
menggunakan bahasa Suryani. Kitab ini menjadi pedoman bagi kaum Nabi
Isa a.s., yakni kaum Nasrani.
Firman Allah Swt. :
Artinya : Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia
memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (Q.S.
Maryam/19 : 30)
Kitab Injil berisi ajaran pokok yang
sama dengan kitab-kitab sebelumnya.
Namun, ada yang menghapus sebagian
ajaran Kitab Taurat yang sudah tidak
sesuai dengan zaman itu. Secara umum
Kitab Injil berisi tentang :
1. Perintah untuk kembali mengesakan
Allah Swt.
2. Membenarkan keberadaan Kitab
Taurat.
3. Menghapus beberapa hukum dalam
Kitab Taurat yang tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman.
4. Menjelaskan bahwa kelak akan
datang kembali rasul setelah Nabi Isa
a.s., yaitu Nabi Muhammad saw. (di
samping ada di Kitab Injil, penjelasan
ini juga terdapat dalam Kitab Taurat)
Kitab Injil menjadi pedoman bagi para pengikut agama Nasrani agar
melaksanakan hukum-hukum Allah Swt. yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. Nabi
Isa mengajarkan agar kaumnya taat kepada hukum-hukum Allah dan tidak
terlena dengan gemerlap harta dan dunia. Perhatikan kisah yang menarik
Iman kepada kitab Allah berarti percaya dan yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab-Nya kepada para Rasul-Nya. Ajaran
yang terdapat di dalam kitab tersebut disampaikan kepada umat manusia
sebagai pedoman hidup agar dapat meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Diturunkannya kitab-kitab Allah ini merupakan anugerah bagi manusia.
Mengapa demikian? Manusia dikaruniai akal dan pikiran sehingga dapat
mengkaji ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Kitab-kitab Allah tersebut
juga dapat memberi jalan keluar terhadap setiap masalah dan kesulitan yang
dihadapi oleh manusia. Dengan adanya kitab-kitab Allah ini, manusia dapat
membedakan mana yang benar (haq) dan mana yang salah (batil), mana yang
bermanfaat dan mana yang mengandung mudarat.
Seandainya kita tidak mempunyai pedoman yang datangnya dari
Allah tentu kita tidak akan pernah mengetahui keberadaan, keesaan, dan
keagungan Allah. Demikian juga dengan orang-orang terdahulu. Mereka
mendapatkan informasi mengenai keesaan Allah melalui Kitab Allah tersebut.
Tanpa dibimbing oleh Kitab Allah, kita juga akan melakukan penyembahan
yang sesat dan tindakan-tindakan sesuka hati. Tanpa Kitab Allah sudah pasti
akan membuat kita berada dalam kegelapan. Ibarat orang yang berjalan kita
berjalan tanpa mengetahui arah dan tidak mempunyai tujuan. Jika demikian,
apa yang akan terjadi? Tentu kita akan tersesat, bukan?
Untuk lebih memahami hal tersebut, perhatikanlah firman Allah dalam
Q.S. al-Māidah /5 : 16 berikut :
Artinya : “Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-
Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (Q.S. al-Māidah /5 : 16)
8. Larangan mencuri.
9. Larangan menjadi saksi palsu.
10. Larangan mengambil hak orang lain.
b. Kitab Zabur (diturunkan pada abad ke-10 SM)
Kitab Zabur diturunkan Allah kepada Nabi Daud untuk bangsa Bani
Israil atau umat Yahudi. Kitab ini diturunkan pada abad 10 SM di daerah
Yerusalem. Adapun kitab ini ditulis dengan bahasa Qibti.
Firman Allah Swt. :
Artinya : “Dan Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang di langit dan di
bumi. Dan sungguh, Kami telah memberikan kelebihan kepada sebagian
Nabi-nabi atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada
Dawud. “ (QS. Al-Isrā/17 :55).
Kisah Nabi Daud dan kaumnya
Dikisahkan bahwa rakyat di wilayah kerajaan Nabi Daud hidup dalam keadaan
damai dan sejahtera. Atas perintah Allah mereka malaksanakan ibadah pada hari
Jum’at dan bekerja pada hari-hari yang lain. Di sebuah wilayah yang bernama Kota
Aylah, masyarakatnya sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Mereka ingin
mengganti hari ibadah ini menjadi hari Sabtu.
“Apa yang terjadi pada kalian…?” kata Yahuda, “Aku lihat kalian bingung dan ragu.
Bukankah ini adalah wilayah kita? Bukankah kita yang paling tahu mengenai profesi
kita sebagai nelayan? Mari satukan langkah dan kita tentang peraturan pemerintah
mengenai hari beribadah ini, pokoknya ini demi kepentingan kita.”
“Benar Yahuda.” sambung yang lain. “Kita harus bersatu untuk menyampaikan
aspirasi ini kepada Nabi Daud, dia pasti setuju.”
Yahuda berkata, “Kita mengganti hari peribadatan kita demi kepentingan pekerjaan
kita. Kita bekerja mulai hari Ahad sampai Jum’at, setelah mendapat ikan yang banyak,
maka di hari Sabtu kita beribadah. Dengan demikian pikiran kita saat beribadah
menjadi tenang. Begitu teman-teman, setuju….?” kata Yahuda meyakinkan. Mereka
menjawab dengan serempak, “Setuju…”
Ketika sedang asyik membicarakan hal ini tiba-tiba Nabi Daud datang. Mereka
segera keluar menemui Nabi Daud a.s. Kata Nabi Daud, “Apakah kalian hendak
berpaling dari perintah Allah, dan menetapkan hukum sendiri yang bertentangan
dengan perintah-Nya”
“Nabiyullah, untuk wilayah ini hari Jum’at tidak cocok untuk digunakan beribadah.
Kami bekerja keras selama seminggu hingga badan kami terlalu lelah untuk beribadah
pada hari Jum’at. Kami ingin melepas lelah pada hari Jum’at dan beribadah pada hari
Sabtu,” bantah salah seorang kaumnya.
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita akan hari Sabtu, mengapa kalian ngotot
untuk beribadah pada hari itu?” Kata Nabi Daud. “Pokoknya kami hanya mau beribadah
pada hari Sabtu,” tegas Yahuda melawan.
“Saudara-saudara sekalian, aku ingin mengingatkan kalian akan murka dan azab Allah
yang sangat pedih. Kalian sudah sering mengkhianati nabi-nabi kalian sendiri. Kalian
gemar berbuat maksiat dan kemungkaran. Apakah kalian lupa dengan nikmat yang telah
Allah anugerahkan?” Daud mengingatkan mereka.
Mendengar nasihat ini Bani Israil terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, kelompok
orang-orang yang sadar. Kelompok kedua ialah mereka yang menentang. Mereka berpikir
Nabi Daud tidak menghendaki mereka hidup sejahtera dan hanya mengfokuskan hidup
pada ibadah semata. Kelompok ketiga ialah kelompok yang kebingungan. Mereka
memperhatikan kelompok pertama, tetapi juga mencermati kelompok kedua. Akhirnya
mereka mengikuti kelompok yang menjanjikan harta dan kekayaan dunia pada mereka.
Tindakan Bani Israil ini membuat Allah murka. Allah kemudian memerintahkan Nabi
Daud untuk melarang orang-orang melaut pada hari Sabtu.
Hari-hari berlalu, dikisahkan Amdan merupakan pemuda yang malas beribadah.
Amdan sangat gemas melihat ikan-ikan malah bergerombol di tepi pantai pada hari sabtu,
hari di mana mereka tidak diperbolehkan menangkap ikan. Amdan kemudian berpikir
keras hingga terbesit ide licik di kepalanya.
Ia membuat jaring yang amat besar yang dapat menutupi hampir seluruh bibir pantai.
Karena ia dilarang melaut pada hari Sabtu, ia memasang jaring itu pada malam Sabtu lalu
mengambil jaring pada hari Ahad pagi.
Pada pagi ahad yang telah ia nanti, Amdan memanggil semua nelayan agar ikut
bersamanya ke laut. Luar biasa! Mereka mendapatkan hasil yang amat melimpah. Nelayan
yang lain sampai terheran-heran dengan hasil tangkapan yang didapatkan. Nelayan lain
akhirnya mengikuti apa yang telah dilakukan Amdan. Namun, wilayah pemasangan jaring
di tepi pantai sebagian besar sudah dikuasai oleh Amdan. Mereka sadar bahwa Amdan
telah berlaku curang dengan memonopoli wilayah penangkapan ikan. Nelayan-nelayan
itu marah dan emosional. Kekacauan dan pertengkaran terjadi di mana-mana. Mereka
mengikuti hawa nafsunya untuk berebut harta benda.
Hingga pada suatu malam yang sangat mencekam langit nampak begitu menakutkan
dan laut seakan mengamuk. Tidak ada seorang pun yang berani keluar rumah. Setelah
pagi menjelang angin bertiup lembut dan laut tampak tenang. Orang-orang keluar untuk
mencari nafkah, tetapi ada yang aneh di perkampungan orang-orang yang ingkar itu jalanjalan
tampak sepi dan semua rumah tertutup rapat. Mereka yang ingkar itu berubah
wujud menjadi kera dan babi. Penderitaan ini mereka alami selama tiga hari, tanpa makan
dan tanpa minum. Inilah balasan bagi mereka yang durhaka dan sombong.
c. Kitab Injil (diturunkan pada abad ke-1 M)
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa pada permulaan abad 1 M. Kitab
Injil diwahyukan di daerah Yerusalem. Kitab ini ditulis pada awalnya dengan
menggunakan bahasa Suryani. Kitab ini menjadi pedoman bagi kaum Nabi
Isa a.s., yakni kaum Nasrani.
Firman Allah Swt. :
Artinya : Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia
memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.” (Q.S.
Maryam/19 : 30)
Kitab Injil berisi ajaran pokok yang
sama dengan kitab-kitab sebelumnya.
Namun, ada yang menghapus sebagian
ajaran Kitab Taurat yang sudah tidak
sesuai dengan zaman itu. Secara umum
Kitab Injil berisi tentang :
1. Perintah untuk kembali mengesakan
Allah Swt.
2. Membenarkan keberadaan Kitab
Taurat.
3. Menghapus beberapa hukum dalam
Kitab Taurat yang tidak lagi sesuai
dengan perkembangan zaman.
4. Menjelaskan bahwa kelak akan
datang kembali rasul setelah Nabi Isa
a.s., yaitu Nabi Muhammad saw. (di
samping ada di Kitab Injil, penjelasan
ini juga terdapat dalam Kitab Taurat)
Kitab Injil menjadi pedoman bagi para pengikut agama Nasrani agar
melaksanakan hukum-hukum Allah Swt. yang dibawa oleh Nabi Isa a.s. Nabi
Isa mengajarkan agar kaumnya taat kepada hukum-hukum Allah dan tidak
terlena dengan gemerlap harta dan dunia. Perhatikan kisah yang menarik
Komentar
Posting Komentar
Mohon saran,,,,,,,
semoga apa yang kita baca memberikan manfaat