Penulis cerpen itu

Penulis cerpen itu berkata, “Saya tidak habis pikir, mengapa orang-orang Islam
sangat emosional ketika mengetahui al-Qur’ān dibakar dan dihina oleh orang lain.
Bukankah yang dibakar itu hanya kertas, sedangkan sejatinya al-Qur’ān itu masih murni
tak terjamah dan tersimpan di al-Lauh al-Mahfuz?”
Suasana menjadi hening, sang penulis pun lalu memamerkan salah satu cerpen
karyanya. Seketika itu ada salah seorang mahasiswa menghampirinya, dia berkata,
“Pak, bolehkah saya pinjam buku kumpulan cerpennya,” Penulis itu menjawab, “Tentu
saja, bahkan ini adalah buku kumpulan cerpen paling bagus yang pernah saya buat.”
Setelah menerima buku tersebut, lalu mahasiswa itu merobek beberapa halaman.
Dengan emosional penulis itu berkata, “Lho, saya pinjamkan buku ini untuk kamu baca,
mengapa malah kamu robek? Anda sudah memancing emosi saya?”
Sambil tersenyum mahasiswa itu menjawab, “Bukannya ini hanya sekedar kertas,
Pak. Sejatinya isi cerpen itu kan ada di benak dan pikiran Bapak. Mengapa Bapak juga
emosional? Tahukah Bapak kalau al-Qur’ān juga dipinjamkan Allah kepada manusia
untuk dibaca, bukan untuk dibakar-bakar”
Penulis cerpen itu tersenyum, lalu meminta maaf atas kekeliruan yang dikatakannya
tadi.
Sumber: Muhammad Akhsan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

terjemah kitab at - taqriratus sadidah

contoh soal utntuk akhlak lil banin

SOAL SAFINATUN NAJA UNTUK SMP 1 , 2 DAN 3