Bagian kedua : mengenai akhlak 1

Bagian kedua : mengenai akhlak 1
1
Rasa malu dan tidak tahu malu
1.      Ketahuilah wahai anak tercinta, rasa mau adalah pokok segala keutamaan dan sumber segala adab. Maka manusia wajib berakhlak dengan rasa malu sejak awal pertumbuhannya, agar dia terbiasa dengan akhlak mulia dan adab yang baik dikala dewasa. Dalam hadis disebutkan : “ rasa malu itu membawa pada kebaikan.” “rasa maluitu sebagian dari iman”. “ rasa malu adalah pengamalan agama seluruhnya.” Adapun perbuatan keji atau keberandalan, maka ia merupakan pembuka pintu perbuatan yang rendah dan hina seluruhnya. Nabi saw bersabda : “ apabila engkau tidak merasa malu, maka berbuatlah sekehendakmu.” Penyair berkata :
Jika engkau tak takut akibat di kemudian hari
Dan tidak merasa malu, maka lakukanlah
Segala yang engkau kehendaki
Demi allah, tiada kebaikan dalam
Kehidupan didunia bila lenyap rasa malu.
Manusia hidup dalam kebaikan,
Selama ia merasa malu
Sebagaimana batang yang terjaga,
Selama ada kulitnya.
Sayyidina abu bakar ra sering mengucapkan bait berikut:
Sungguh, seakan-akan aku melihat
Orang yang tak malu dan tidak jujur,
Telanjang ditengah masyarakat.
2.      Rasa malu terbagi menjadi tiga macam :
Pertama : terhadap allah
Kedua : terhadap manusia
Ketiga : terhadap diri sendiri.
Rasa malu terhadap allah swt itu terwujud dengan mematuhi perintah-perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Nabi saw bersabda : “ maulah terhadap allah swt, dengan rasa malu yang sebenarnya.” Ada yang mengatakan : “ hai rasulullah saw, bagaimana kami merasa malu kepada allah dengan sebenarnya ? “ beliau menjawab : “ barangsiapa memelihara kepala dan apa yang di kandungnya (akal), perut dan isinya ( makanan), dan meninggalkan perhiasan kehidupan dunia serta mengingat mati dan kehancuran, maka iapun telah merasa malu terhadap allah swt dengan sebenarnya.”
Rasa malu ini adalah buah dari kekuatan iman dan keyakinan. Oleh karena itu, disebutkan dalam hadits : “ sedikit rasa malu adalah kufur, sedangkan rasa malu adalah ikatan iman. Jika ikatan dari suatu benda terlepas, maka bercerai dan berantakanlah segala isinya.”
Rasa malu terhadap manusia  : hal itu terwujud apabila kamu menjaga pandangan dari suatu yang tidak halal dari  mereka. Disebutkan dalam hadits : “ allah melaknat orang yang memandang (aurat orang lain ) dan orang yang menyuruh melihatnya.”
Seorang bijaksana ditanya tentang orang fasik, dia menjawab, “ dia (orang fasik) adalah orang yang tidak menjaga pandangannya dari pintu-pintu manusia dan aurat mereka.” Hendaklah kamu menampilkan akhak yang baik terhadap mereka, tidak mengganggunya dengan akhlak yang buruk, dan tidak melakukan perbuatan maksiat atau kebiasaan buruk dihadapan mereka juga tidak berbicara dengan perkataan yang tidak pantas didekatnya, lebih-lebih perkataan yang keji.
Rasulullah saw bersabda : “ rasa malu itu termasuk pengamalan iman, sedang iman itu disyurga. Perkataan yang keji itu termasuk kebejatan akhlak dan kebejatan akhlak itu di neraka.”
Hendaklah kamu menampakkan penampilan yang bagus salam semua urusan dan memelihara citra yang baik, agar tidak diceritakan perkara yang buruk  tentang diri kamu.
Dalam hadits di sebutkan : “ termasuk takwa kepada allah ialah menghindari celaan orang.”
Rasa malu ini menjadikan kamu memiliki harga diri, kebenaran, keberanian, kemurahan hati, kebijakan dan kejujuran. Maka, kamupun berjiwa mulia dan bercitra baik. Ia mencengah kamu dari perbuatan rendah, sifat pengecut, kikir, dusta, khianat, kebodohan. Karena kamu merasa malu apabila orang-orang melihatmu memiliki sifat-sifat yang buruk tadi.
Imam as-syafi’I ra berkata : “ demi allah seandainya aku tahu bahwa minum air dingin itu bisa merusak harga diriku, niscaya akut idak akan meminumnya sepanjang hidupku.”
Termasuk rasa malu terhadap manusia adalah : apabila menghargai setiap orang yang memiliki keutamaan dan menghargai orang yang patut dihargai menurut derajat mereka : misalkan ayah, ibu dan para guru serta orang-orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dari kamu. Yakni harus berendah diri pada mereka.
Dalam atsar (perkataan para sahabat) disebutkan : “berendah diri kepada orang-orang yang mengajari kamu.” “ ya allah jangan sampai aku mendapati zaman, dimana orang berilmu tidak diikuti dan orang yang tidak merasa malu terhadap orang yang bijak.” Sesungguhnya yang mengetahui keutamaan bagi pemilik keutamaan, hanyalah orang yang mempunyai keutamaan.” 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

terjemah kitab at - taqriratus sadidah

SOAL SAFINATUN NAJA UNTUK SMP 1 , 2 DAN 3

Kitab Puasa Kitab At-Taqriratus sadidah Fiqih imam syafi'i (belum di revisi)